Saturday, May 12, 2012

Sebuah Pengabdian untuk Pendidikan

Sehabis menunaikan shalat subuh, saya bergegas dari rumah menuju Desa Gobang Rumpin Bogor untuk bertemu dengan Pak Cecep Hadiat pengelola Tempat Kegiatan Belajar Mandiri (TKBM) Sekolah Rakyat Bogor. Dalam perjalan kali ini saya ditemani oleh dua teman saya mas Nurcholish dan mbak Ira D. Aini yang kebetulan menjadi team penulis buku Sekolah Rakyat Bogor. Selain silaturrahmi rutin, memang kunjungan kali ini untuk mewawancara pengelola SMP Gratis ini dan sekalian mengetahui kondisi mereka.

Alhamdulillah setelah menempuh perjalanan tiga jam, kami betiga pun sampai di kediaman pak Cecep, yang berlokasi di Desa Gobang Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor, sebelumnya melintasi jalanan yang berlubang dan rusak parah. Namun tidak mengurungkan niat kami yang sudah dirancang jauh hari sebelumnya. Kami disambut dengan penuh kehangatan oleh pak Cecep dan keluarga dengan menyuguhkan minuman teh hangat suguhan istrinya.



Setelah berbincang dan menikmati hidangan ala kadarnya, kami pun mulai melanjutkan perjalanan menuju tempat kegiatan belajar Syifa 2 (dua) yang dikelola oleh Pak Cecep dan Pak Sholeh. SMP Gratis yang berada di atas gunung Esing, dan untuk sampai di sekolah ini, kami membutuhkan waktu tiga jam dengan cara berjalan kaki. Sebuah perjalanan yang tidak mudah, karena setiap pejalan kaki harus menaiki gunung tersebut dengan tenaga ekstra ditambah dengan medannya yang tiap saat selalu
ada tanjakannya.

Dengan napas terengah-engah, sempat juga beberapa kali bami beristirahat untuk menghilangkan rasa lelah, akhirnya kami pun sampai di kampung Jantur Desa Gobang Rumpin. Di sinilah Tempat Kegiatan Belajar Mandiri Sekolah Rakyat Bogor Syifa dua didirikan, dengan bangunan sangat sederhana dan mulai lapuk karena memang dibangun seadanya oleh pak Soleh sebagai pengelola SMP Gratis ini.  Yang awalnya diperuntukkan bagi tempat pengajian warga masyarakat kampung tersebut beberapa tahun lalu.

Menurut pak Soleh, Kampung    yang terletas di atas gunung Esing ini dihuni oleh lebih kurang 400 kepala keluarga. Anak-anak kampung ini rata-rata tidak bisa mengenyam bangku sekolah, karena di samping jarak sekolah yang begitu jauh, ditambah juga dengan kondisi perekonomian keluarga yang memang sangat sulit. Karena mereka terisolasi dari kemajuan dan peradaban kota. Pak Soleh tidak sendirian, beliau dibantu oleh adeknya yang bernama Abed juga tamatan SMP Gratis Yayasan Sekolah Rakyat Bogor, dan mulai merintis pembukaan SMP Gratis tahun 2010 di kampungnya dengan nama TKBM Syifa dua. Di samping itu beliau juga membuka SD dan paket A untuk menyelamatkan generasi yang tercecer, ungkap pak Soleh dengan penuh semangat.

Rasa haru dan bangga menyelimuti perasaan saya, ketika mendengar cerita pak Soleh dan pak Cecep mengenai perjuangannya mengajak dan menyadarkan masyarakat akan pentingnya pendidikan untuk anak-anak mereka kelak. Menurut pak Soleh dan Pak Cecep, awalnya pendidikan umum diharamkan oleh tokoh masyarakat di kampung ini karena yang boleh berkembang hanya pendidikan agama seperti pesantren. Tapi pak Cecep dan pak Soleh tidak pernah mengalah dengan keadaan dan penilaian orang. Yang ada di pikiran mereka berdua bukan masalah perbedaan ilmu agama dan ilmu umum yang perlu diperdebatkan, tapi bagaimana agar anak-anak tetap sekolah dan bisa mendapatkan ilmu pengetahuan. Sebab Islam sendiri sangat mendukung dan mewajibkan setiap umat muslim untuk menuntut ilmu setinggi mungkin. Saya pun teringat pernyataan Ali bin Abi Thalib: " Ajarilah anak-anakmu dengan ilmu, karena mereka hidup bukan pada jamanmu". Artinya, menyiapkan generasi penerus yang memiliki ilmu pengetahuan dan berakhlak adalah keniscayaan. Karena anak-anak tersebut akan hidup tidak sejaman dengan orang tuanya.

Pak Cecep dan pak Soleh, adalah potret manusia yang memiliki komitmen yang sangat tinggi terhadap kelanjutan generasinya. Betapa tidak, mereka harus menempuh perjalanan yang sangat melelahkan tiap mendidik siswanya. Seakan-akan mereka berdua memberikan pesan kepada siapa pun yang pernah "bersentuhan" dengannya, akan pentingnya nilai pengorbanan dalam melahirkan tunas-tunas baru yang mampu menjadi penerang kegelapan yang bernama kebodohan. Itulah hakekat pendidikan yang terabaikan selama ini!

Sering kita dengar, bahwa pendidikan adalah hak setiap anak bangsa, namun yang mampu mewujudkan kalimat ini adalah orang sederhana seperti pak Cecep dan pak Soleh. Mereka memiliki dedikasi dan pengorbanan yang sangat tinggi untuk merealisir sepenggal kalimat yang tertuang dalam UUD 45 itu. "Pendidikan adalah HAK setiap anak bangsa". Kenyataannya masih jutaan anak Indonesia yang berada di pelosok-pelosok negeri yang belum bisa mengenyam bangku sekolah. Ini realitas yang harus dijawab bersama oleh kita semua dengan cara berbuat sekecil apapun bentuknya untuk memberi akses kepada anak-anak negeri agar bisa tetap sekolah.

Saya sangat berharap, lewat Yayasan Sekolah Rakyat Bogor dapat membantu mereka agar bisa merenovasi gedung sekolahnya untuk sarana belajar siswa SMP Gratis ini. Mohon doanya dan kontribusinya kawan.

Selamat buat pak Cecep dan pak Soleh atas dedikasi dan semangatnya melayani anak-anak.







No comments:

Post a Comment